SEJARAH BERDIRINYA YAYASAN PERGURUAN KATOLIK
SANTO LAURENSIUS
Dari semula hadirnya di Indonesia, Kongregasi KYM memberi perhatian terhadap pendidikan, mulai dari Bagan Siapiapi, Kutaraja dan kemudian ke Pematangsiantar. Selain karya pendidikan kongregasi KYM juga melayani di bidang kesehatan, pastoral, sosial dan pendidikan kaum muda melalui asrama. Yayasan Perguruan Katolik Santo Laurensius Pematangsiantar, yang disingkat dengan YPK Santo Laurensius, didirikan oleh Kongregasi Kasih dan Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik (KYM). Keberadaan Yayasan ini tidak bisa lepas dari sejarah awal kongregasi, atas situasi masyarakat yang memprihatinan di Desa Schijndel, Negeri Belanda. Di desa itu, banyak anak perempuan yang belum tahu baca tulis dan tidak memiliki keterampilan apapun karena perempuan dianggap tidak perlu menikmati pendidikan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, Pastor Antonius van Erp mendirikan Kongregasi Zusters van Liefde van Jesus en Maria, Moeder van Goede Bijstand. Di Indonesia kongregasi ini dikenal dengan nama Kongregasi Kasih dan Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik yang disingkat KYM. Kongregasi KYM, dengan Suster Vincentia de Bref sebagai pionirnya, kemudian membuka sekolah sederhana untuk kaum puteri. Sekolah itu hanya mengajarkan dua bidang, yakni agama dan kerajinan tangan (merajut). Latar belakang kongregasi yang demikian itulah yang kemudian menjadi landasan pendirian Yayasan Perguruan Katolik Santo Laurensius di Pematangsiantar. Cikal bakal YPK Santo Laurensius adalah Yayasan Cinta Kaum Wanita yang sebenarnya adalah suster Kongregasi KYM. Sejarah berdirinya Yayasan Cinta Kaum Wanita erat kaitannya dengan kehadiran KYM di Indonesia, sebab yang dimaksud dengan Yayasan Cinta Kaum Wanita itu sebenarnya adalah Kongregasi KYM (sebagai lembaga) sendiri. Kongregasi KYM hadir dan berkarya di Indonesia atas permintaan Mgr. Matias Brans OFMCap., Vikariat Apostolik Padang, kepada Pimpinan Umum KYM di Schijndel, Negeri Belanda. Para Suster datang ke Indonesia dan berkarya di Bagan Siapiapi pada tanggal 1 April 1928 bersama dengan Para Misionaris Kapusin. Di Bagan Siapiapi ketika itu telah didirikan karya pendidikan oleh para pastor, jadi para suster ini bergabung bersama mereka, sambil juga mengelola karya kesehatan. Alasan mendirikan karya misi di Bagan Siapiapi karena daerah ini adalah daerah pelabuhan. Para misionaris berkeyakinan bahwa mereka juga akan menjala manusia, di daerah penghasil ikan ini. Setelah berkarya di Bagan Siapiapi para suster KYM mulai meluaskan karya di Kuta Raja-Banda Aceh 10 Mei 1929 dengan pelayanan utama di bidang pendidikan dan membantu pastor setempat untuk mengembangkan karya misi. Selanjutnya tanggal pada 16 Januari 1933 karya di Jalan Sibolga-Pematangsiantar. Di Pematangsiantar Karya Misi KYM dimulai oleh 4 orang suster Misionaris. Tugas utama mereka adalah di bidang pendidikan milik paroki/keuskupan dan membantu pastor dalam urusan stasi dan menyediakan hosti. Misi awal KYM adalah karya pendidikan untuk kaum wanita dalam bentuk merajut dan menjahit (keterampilan tangan), yang memang pada saat itu perhatian untuk pendidikan kaum wanita sangat dibutuhkan di Pematangsiantar karena masih sangat banyak wanita yang buta huruf, dan tidak memiliki keterampilan. Keadaan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal didirikannya Sekolah Kepandaian Gadis (SKG) di Jl. Sibolga. Saat itu pendidikan yang diberikan tidaklah seperti pendidikan formal sekarang, tetapi kebanyakan berupa kursus-kursus menjahit atau merajut. Ketika Sekolah Kepandaian Gadis (SKG) hendak disetarakan dengan sekolah-sekolah pemerintah maka harus terjadi pergantian nama menjadi Sekolah Kepandaian Puteri (SKP). Selain pergantian nama, SKP/SKG itu harus bernaung di bawah satu Yayasan. Kalau tuntutan itu tidak dipenuhi maka sekolah-sekolah ini akan diberi sanksi. Setelah syarat-syarat itu terpenuhi barulah para siswi diperbolehkan mengikuti ujian resmi. Hal itu terjadi tahun 1951, saat-saat awal kemerdekaan Indonesia. Saat itulah SKP yang ada di Pematangsiantar dan yang di Palipi-Samosir disatukan di bawah Yayasan Cinta Kaum Wanita. Yayasan Cinta Kaum Wanita ini tidak lain adalah Kongregasi KYM sendiri. Yayasan Cinta Kaum Wanita berdiri mulai 18 Januari 1958 dibuktikan dengan Akta No. 18 tanggal 20 Februari 1958. Yayasan Cinta Kaum Wanita kemudian berkembang sejalan dengan perkembangan sekolah yang ada di bawah naungannya. Secara ringkas dapat digambarkan demikian: Sekolah Kepandaian Gadis (SKG) kemudian berubah nama menjadi SKP (dengan 4 tahun pendidikan), sehingga mendapat pengakuan dari pemerintah dan lulusannya mendapat ijazah resmi (setingkat SMP sekarang). Gedung SKP ini dibangun di Jl. Marimbun (dibangun dua lantai, dan pada masanya termasuk gedung yang sangat elit), dan juga di Palipi. Pada tahun 1957 didirikan Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP, setingkat SMA sekarang) sebagai pendidikan lanjutan dari SKP. Pendidikan di SGKP ini selama 4 tahun. Kurikulum tahun 1968 menuntut perubahan: SKP menjadi Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama (SKKP), dan SGKP menjadi Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA). Jangka waktu pendidikan awal hingga tamat di SKKP dan SKKA menjadi 3 tahun saja. Kemudian, pada tahun 1978 keluar lagi peraturan pemerintah yang mengharuskan SKKP berubah menjadi Sekolah Menengah Pertama yang disempurnakan. SKKA sendiri berubah nama menjadi Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK), dan kemudian berubah menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai Surat Edaran Nomor: 41007/A.A5/OT/1997 oleh Mendikbud. Yayasan Cinta Kaum Wanita didirikan karena tuntutan dari pemerintah, maka sebenarnya tujuan berdirinya yayasan sederhana saja: untuk memenuhi syarat-syarat administratif bagi sekolah-sekolah yang sudah dikelola para suster KYM saat itu. Namun meskipun demikian, tujuan administratif itu tentunya tidak bisa lepas dari tujuan pendirian sekolah-sekolah kepandaian putri/gadis yang sudah ada saat itu, yakni sebagai cara dan sarana bermisi bagi Kongregasi KYM di Pematangsiantar. Akta Yayasan Cinta Kaum Wanita yang pertama kali terbit pada tanggal dua puluh Februari seribu sembilan ratus lima puluh delapan (20 Februari 1958) dengan Nomor 18. Dalam anggaran dasar pendirian yayasan, tujuan dan maksud pendirian yayasan ini diperinci demikian: a. Maksud dan tujuan Yayasan ini ialah untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak ataupun orang dewasa dan pekerjaan-pekerjaan sosial, dengan tidak membeda-bedakan bangsa dan agama, dan b. Untuk mencapai tujuan itu, Yayasan itu berusaha menyelenggarakan sekolah-sekolah dan asrama-asrama dan pekerjaan sosial yang memenuhi kebutuhan masyarakat di Pematangsiantar, dan daerah-daerah Simalungun dan Tapanuli dan memberikan pengajaran dan pertolongan sosial, umpamanya menolong anak piatu, orang sakit, dan lain-lainnya dalam arti kata yang seluas luasnya.